Beum lagi kondisi geopolitik yang penuh ketidakpastian tentunya akan berakibat pada penurunan permintaan komoditas yang berujung pada melemahnya harga.
Alhasil, menggelontorkan dana untuk berinvestasi dapat dikatakan lebih berisiko dibandingkan sektor lainnya mengingat prospek sektor ini cenderung volatil.
Akan tetapi, tidak ada salahnya jika pelaku pasar berani mengambil resiko dan berniat memasukkan saham emiten pertambangan dalam portofolionya. Namun, harap mencermati kinerja fundamental dan pergerakan harga saham perusahaan.
Salah satu alat ukur yang biasanya digunakan sebagai indikator oleh investor dan analis saham untuk mengevaluasi harga saham perusahaan adalah price-earning-ratio/PER.
PER adalah salah satu bentuk analisis fundamental dengan cara membagi harga saham saat ini dengan keuntungan tahunan per saham. Perhitungan ini mengimplikasikan berapa harga yang bersedia dibayarkan oleh pasar hari ini berdasarkan perolehan pendapatan perusahaan.
Saham dikatakan relatif mahal (overvalued) ketika PER-nya lebih besar dibanding PER industri. Sebaliknya emiten disebut relatif murah (undervalued) ketika nilai PER-nya lebih rendah dibanding PER industri. Perlu diingat, jika perusahaan mencatatkan kerugian, maka PER tidak dapat dihitung.
Foto: Dwi Ayuningtyas
|
Merujuk pada pengelompokan emiten pertambangan, Bursa Efek Indonesia membaginya dalam beberapa kategori, termasuk batu bara, minyak & gas, serta logam & mineral.
Untuk klasifikasi perusahaan tambang batu bara, emiten yang harga sahamnya relatif murah dibandingkan peer-nya adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Petrosea Tbk (PTRO) dengan perolehan PER masing-masing 3,55 kali dan 4,28 kali. Pasalnya, rerata angka PER untung emiten batu bara adalah 16,91 kali.
Tidak hanya itu, emiten penambang batu bara besar lainnya seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN) juga terbilang cukup terjangkau.
Sedangkan penambang batu bara yang harga sahamnya relatif mahal adalah PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) dan PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) dengan nilai PER masing-masing 132,16 kali dan 110,68 kali.
Kemudian, untuk kategori perusahaan minyak dan gas, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) dan PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) masih cocok untuk dikoleksi karena harga sahamnya undervalued. Berbeda degan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) dan PT Super Energy Tbk (SURE) yang terbilang overvalued alias mahal.
Terakhir adalah kelompok penambang logam dan mineral. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) memiliki harga saham yang tergolong cukup tinggi dibandingkan dengan kinerja keuangan perusahaan.
Lain halnya dengan PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang masih sangat terjangkau.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)
Bisnis - Terkini - Google Berita
November 19, 2019 at 04:58PM
https://ift.tt/2OqcLDo
Banyak Great Sale di Saham Tambang Tahun Ini, Sudah Murah? - CNBC Indonesia
Bisnis - Terkini - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Banyak Great Sale di Saham Tambang Tahun Ini, Sudah Murah? - CNBC Indonesia"
Post a Comment