Search

JPMorgan Sebut IHSG Bisa Tembus 7.250, Begini Alasannya - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang tahun ini hingga Selasa kemarin (26/11/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi indeks acuan di Bursa Efek Indonesia mencatatkan koreksi sebesar 2,72% ke level 6.026,18.

Lantas berapa prediksi IHSG pada tahun depan, mengingat tahun 2019 tinggal sebulan lagi berakhir.

Bank investasi kenamaan asal Amerika Serikat (AS), JPMorgan memproyeksikan pada akhir tahun 2020, bursa saham utama Indonesia akan bangkit dan bahkan menyentuh level di atas 7.000 yakni di level 7.250.


Sebagai perbandingan, pada akhir tahun 2018, IHSG ditutup minus dan menjadi yang terburuk dalam 3 tahun terakhir setelah ambles 2,54% dalam setahun, padahal tahun 2017 dan 2016 IHSG masih memberikan return 19,99% dan 15,32%

JPMorgan mengungkapkan ada tiga alasan mengapa kinerja IHSG dapat melesat hingga double digit dari posisinya saat ini.

Pertama
adalah koalisi gemuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada periode pemerintahannya yang kedua membuat Jokowi lebih mudah untuk mengeksekusi kebijakan mengingat tak ada resistensi di parlemen.

Untuk diketahui, masa jabatan Jokowi kali ini periode 2019-2024 ditopang oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang 74% berasal dari partai koalisi. Selain itu kursi pimpinan DPR, dari ketua umum hingga para wakilnya juga dipenuhi oleh partai-partai pendukung Jokowi, yakni PDI-P, Golkar, Nasdem, dan PKB.

Mempertimbangkan hal tersebut, JPMorgan memproyeksi pasar modal akan positif di tengah lingkungan politik yang lebih damai untuk periode pemerintahan 2019-2024.

Selain itu, proses persetujuan untuk sejumlah agenda reformasi seperti isu tenaga kerja, relaksasi pajak, UKM dan daftar negatif investasi (DNI) juga ditengarai akan lebih mudah dieksekusi dan disepakati bersama pemerintah.

Alasan pertama ini, kata JPMorgan diharapkan dapat mempermudah tercapainya faktor pendukung kedua dan ketiga.

Faktor kedua adalah agenda penyederhanaan aturan undang-undang melalui skema Omnibus Law yang diharapkan dapat menarik lebih banyak investor asing dan membuat Ibu Pertiwi menjadi pusat manufaktur (manufacturing hub) layaknya China.

Omnibus Law merupakan suatu UU yang dibuat untuk menyasar satu isu besar yang mungkin dapat mencabut atau mengubah beberapa UU sekaligus. Omnibus Law merupakan sebuah praktik penyusunan peraturan perundang-undangan, yang banyak dilakukan di negara- negara yang menganut sistem common law (anglo saxon) seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Inggris, Filipina, dan lainnya.

Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan di negara yang menganut sistem civil law (continental), seperti Indonesia. Hal ini mengingat, Vietnam yang menganut civil law berhasil menerapkan Omnibus Law di tahun 2016.


Lalu, faktor ketiga adalah pelonggaran kebijakan moneter yang ditopang oleh nilai tukar rupiah yang stabil. Tahun ini, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan sebesar 100 basis poin dengan harapan mendongkrak pertumbuhan kredit yang akan menopang laju perekonomian domestik.

JP Morgan meyakini bahwa sentimen positif dari reformasi kebijakan akan mendorong kenaikan rating sekaligus meningkatkan arus modal asing dan pertumbuhan ekonomi. Alhasil akan mampu membalikkan tren perlambatan pada tahun 2020.

Selain itu, JPMorgan juga memprediksi pertumbuhan EPS saham-saham di BEI pada 2020 bisa mencapai 12%, dari saat ini di bawah 5% tahun ini. EPS (earning per share) adalah laba per saham emiten yang merupakan hal terpenting dalam analisa kinerja perusahaan.

Dengan sentiment positif ini juga akan mendorong pemeringkatan ulang terhadap PE saham-saham di BEI dengan target PE Ratio 15,5 kali, berubah 70 basis poin dari sebelumnya (re-rating). PE atau price earnings adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar investor menilai/menghargai suatu saham dilihat dari segi laba bersih per sahamnya (EPS).

Tak hanya itu, JPMorgan juga memberikan rekomendasi "overweight" bagi saham saham sektor perbankan, properti, telekomunikasi, infrastruktur, dan konsumer. Sementara itu sektor yang dihindari yakni batu bara, dan ritel. Overweight berarti saham yang direkomendasi itu diperkirakan akan mengalami kenaikan yang bisa melebihi saham lain yang menjadi patokannya.

Adapun risiko yang mesti diperhatikan oleh pelaku pasar pada tahun depan ialah kondisi makro ekonomi Indonesia, melebarnya defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD), dan depresiasi rupiah terhadap dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)

Let's block ads! (Why?)



Bisnis - Terkini - Google Berita
November 27, 2019 at 06:28AM
https://ift.tt/34ov6rf

JPMorgan Sebut IHSG Bisa Tembus 7.250, Begini Alasannya - CNBC Indonesia
Bisnis - Terkini - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK

Bagikan Berita Ini

0 Response to "JPMorgan Sebut IHSG Bisa Tembus 7.250, Begini Alasannya - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.