Jakarta, CNBC Indonesia - Baru satu jam perdagangan dibuka, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin ini (3/2/2020) sudah melorot 0,71% ke level 5.897,65. Kendati demikian, pelemahan IHSG mulai berkurang menjadi minus 0,30% di level 5.921 jelang penutupan sesi I, pukul 11.24 WIB.
Pelemahan indeks ini masih berlanjut setelah pekan lalu juga tercatat mengalami koreksi 5,12%. Artinya dalam sejak pekan lalu hingga hari ini, koreksi IHSG mencapai 5,83%.
Head of Research MNC Sekuritas Edwin Sebayang menyebutkan pelemahan indeks ini masih disebabkan karena berita lama, yakni coronavirus yang membuat organisasi kesehatan dunia, WHO, sudah mencanangkan darurat global. Jumlah korban meninggal terus meningkat, alih-alih terjadi penurunan jumlahnya.
"Kejatuhan IHSG dan berada di bawah level 6.000 ada beberapa sebab, diantaranya semakin bertambahnya korban tewas dan orang yg terjangkiti Wuhan Corona Virus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan keadaan darurat global terkait penyebaran virus corona," kata Edwin kepada CNBC Indonesia, Senin (3/2/2020).
Sentimen lainnya yang dinilai juga mempengaruhi adalah munculnya kembali kekhawatiran pelaku pasar akan terjadi resesi ekonomi di Amerika Serikat. Sebab, indikator yang dijadikan acuan terjadinya resesi, yakni yield obligasi pemerintah Amerika tenor 10 tahun terus mengalami penurunan.
Tak hanya itu, dari dalam negeri juga ada kondisi yang membuat pasar terkoreksi. Beberapa perusahaan manajer investasi atau asset management melakukan redemption atas aset dasar (underlying) reksa dananya, menyusul permasalahan yang terjadi pada kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dan PT Asabri (Persero).
Selain itu, beberapa sekuritas juga memutuskan untuk menurunkan limit margin untuk trading dan buying dan juga dinaikkannya hair cut saham-saham yang diperkirakan tinggi tingkat risikonya.
Margin trading adalah transaksi pembelian saham dengan memanfaatkan pembiayaan dari perusahaan sekuritas atau broker (fasilitas pinjaman). Adapun haircut ratio adalah selisih antara harga efek di pasaran dan harga pembelian untuk dijual dalam suatu penyelesaian transaksi antara dua pihak.
Edwin menilai kondisi ini akan terus berlanjut hingga perkembangan coronavirus mereda.
"Menunggu redanya kasus Wuhan Corona virus dan kecepatan penyelesaian kasus Jiwasraya dan Asabri di tengah redemption asset management yang bermasalah," tegasnya.
Sebelumnya, Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama, menilai IHSG masih tertekan akibat aksi jual reksa dana yang di bubarkan.
"Beberapa saham blue chip yang ada di dalam list produk yang di bubarkan telah mengalami tekanan jual. Lebih dari 35 reksa dana yang NAB-nya turun lebih dari 50% ketika melakukan rebalancing untuk mengembalikan dana nasabah juga pasti akan menekan Indeks ke depannya. Belum lagi pembekuan 800 rekening nasabah kami perkirakan akan menimbulkan sentimen negatif di pasar," tegasnya.
Bisnis - Terbaru - Google Berita
February 03, 2020 at 11:38AM
https://ift.tt/2GQq64g
Bukan Cuma Corona, Ternyata Ini Pemicu IHSG Jeblok! - CNBC Indonesia
Bisnis - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bukan Cuma Corona, Ternyata Ini Pemicu IHSG Jeblok! - CNBC Indonesia"
Post a Comment