Search

Restrukturisasi Terbesar tapi Utang KRAS Tanpa Hasil - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Tepat Selasa (28/1/2020) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengumumkan sudah menyelesaikan proses restrukturisasi utang senilai US$ 2 miliar atau setara Rp 27,22 triliun (asumsi kurs Rp 13.611/US$). Ini merupakan restrukturisasi utang terbesar yang pernah ada di Indonesia, tetapi jumlah utang tersebut menguap seperti tanpa hasil.

Restrukturisasi ini melibatkan 10 bank nasional, swasta nasional dan asing. Penandatangan perjanjian restrukturisasi ini dilakukan untuk transformasi bisnis KRAS menjadi lebih sehat.

"Melalui restrukturisasi ini, total beban selama sembilan bulan tahun utang dapat diturunkan secara signifikan dari US$ 847 juta menjadi US$ 466 juta. Selain itu, penghematan biaya juga kita dapatkan dari restrukturisasi Krakatau Steel utang selama sembilan tahun sebesar US$ 685 juta," kata Direktur Utama Silmy Karim, dalam siaran pers, Selasa (28/1/2020).


Berikut ini daftar bank dan nilai pinjaman yang direstrukturisasi:
  1. Bank Mandiri US$ 618,29 juta
  2. Bank Negara Indonesia US$ 425,92 juta
  3. Bank Rakyat Indonesia US$ 337,39 juta
  4. Bank CIMB Niaga US$ 238,34 juta
  5. Bank OCBC NISP US$ 138,66 juta
  6. Bank ICBC Indonesia US$ 44,27 juta
  7. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia US$ 79,83 juta
  8. PT Bank DBS Indonesia US$ 48,62 juta
  9. Standard Chartered Bank US$ 25,62 juta
  10. PT Bank Central Asia Tbk US$ 48,69 juta
Langkah selanjutnya, KRAS meminta dukungan pemerintah terkait regulasi impor baja. Regulasi ini merupakan langkah penting untuk mendukung industri baja yang sehat.

Restrukturisasi utang KS tersebut ditetapkan dengan tenor 9 tahun. Ini membuat beban keuangan KRAS berkurang setelah proses restrukturisasi tersebut.

"Profil utangnya terjadi penurunan signifikan dari US$ 2,2 miliar sampai 2027 karena lamanya 9 tahun. Kemudian penghematannya yang dilakukan dari 9 tahun itu beban bunga turun dari US$ 480 juta menjadi US$ 270 juta," kata Direktur Utama KRAS Silmy Karim, saat paparan publik di Jakarta, Selasa (28/1/2020).

Silmy menceritakan, saat dirinya ditunjuk menjadi dirut KRAS, kondisi finansial KRAS sedang berat. "Saya awali dengan kondisi KRAS 10 tahun terakhir.

"Tekanan financial Krakatau Steel Berat. Di akhir 2018 saya join saya minta 2 hal restrukturisasi dan regulasi," kata Silmy

"Melalui restrukturisasi ini, total beban selama sembilan bulan tahun utang dapat diturunkan secara signifikan dari US$ 847 juta menjadi US$ 466 juta. Selain itu, penghematan biaya juga kita dapatkan dari restrukturisasi Krakatau Steel utang selama sembilan tahun sebesar US$ 685 juta," kata Silmy.

Langkah selanjutnya, KRAS meminta dukungan regulasi impor baja. Regulasi ini merupakan langkah penting untuk mendukung industri baja yang sehat.


Pembayaran utang ini dalam 4 tranche, tranche A tenor 9 tahun senilai US$ 220 juta, tranche B tenor 3 tahun senilai US$ 735 juta, lalu tranche C1 dengan tenor 9 tahun senilai US$ 789 juta dan trance C2 tenor 9 tahun senilai US$ 262 juta.

Proses restrukturisasi ini telah dilakukan sejak akhir 2018 dan baru bisa diselesaikan di awal 2020 ini. Dengan restrukturisasi utang ini ada skema keringanan tenor pinjaman hingga bunga kredit sehingga beban KS makin ringan. Harapannya jangka panjang bisa melunasi kewajiban-kewajibannya.

Bagaimana BUMN produsen baja ini memiliki utang dengan nilai fantastis ini?

Silmy menceritakan mengatakan utang ini sebagian besar berasal dari kebutuhan dana untuk menutupi investasi perusahaan di masa lampau. Namun, terjadi mismatch antara investasi dan realisasi yang terjadi, meski investasi besar tapi tak menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

"Jadi kalau ditanya utang buat apa, ya satu buat investasi, tetapi investasi tersebut tak menghasilkan tambahan penjualan dan juga keuntungan. Kemudian ada pembayaran utang menggunakan utang. Mismatch lah," kata Silmy.

Dia menjelaskan, utang yang menumpuk tentu saja membuat neraca keuangan perusahaan menjadi makin berat dari tahun ke tahun. Hal yang sama terjadi sejak 10 tahun terakhir. Namun, soal sejak kapan awal akumulasi utang perseroan, Silmy tak menjelaskannya.

[Gambas:Video CNBC]


Silmy menjelaskan, kebutuhan investasi perusahaan yang dimaksudkan mayoritas berasal dari investasi pembangunan pabrik blast furnace yang disinyalir nilainya mencapai Rp 10 triliun.

Namun, sayangnya setelah pembangunan selesai dan mulai beroperasi, manajemen perusahaan memutuskan untuk menghentikan operasi pabrik lantaran biaya operasional yang mahal. Selain itu, terdapat kebutuhan investasi lainnya dengan nilai mencapai kisaran Rp 3 triliun- Rp 5 triliun.

"Jadi total itu separuh buat investasi tapi investasinya nggak maksimal nggak sesuai harapan," katanya.

Let's block ads! (Why?)



Bisnis - Terbaru - Google Berita
January 29, 2020 at 07:34AM
https://ift.tt/3aJUZVQ

Restrukturisasi Terbesar tapi Utang KRAS Tanpa Hasil - CNBC Indonesia
Bisnis - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Restrukturisasi Terbesar tapi Utang KRAS Tanpa Hasil - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.