Catatan sejarah menunjukkan bahwa Pulau Lombok sudah sering terjadi gempa merusak. Yaitu pada 25 Juli 1856, kemudian 10 April 1978 dengan gempa 6,7 SR, dan pada 21 Mei 1979 dengan kekuatan 5,7 SR.
Selain itu, juga terjadi pada 20 Oktober 1979 dengan kekuatan 6 SR. Gempa Lombok 30 Mei 1979 dengan 6,1 SR, dan 1 Januari 2000 berkuatan 6,1 SR, dan gempa Lombok pada 22 Juni 2013 dengan kekuatan 5,4 SR.
"Gambaran catatan sejarah gempa tersebut kiranya cukup untuk menilai bahwa Lombok memang rawan gempa," terang Daryono.
Kondisi alam semacam ini merupakan sesuatu yang harus diterima, sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, semua itu adalah konsekuensi yang harus dihadapi sebagai penduduk yang tinggal dan menumpang di batas pertemuan lempeng tektonik.
"Jalan keluarnya, kita harus terus meningkatkan kapasitas dalam memahami ilmu gempa bumi, cara selamat menghadapi gempa dan bagaimana memitigasi gempa bumi, agar kita selamat dan dapat hidup harmoni dengan alam," ucap Daryono.
Saksikan tayangan video menarik berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BMKG: Lombok Rawan Gempa karena Terletak di Antara 2 Pembangkit"
Post a Comment